Selasa, 28 April 2009

konseling

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagai makhluk yang berpikir dan, karenanya, berbicara, komunikasi bagi manusia merupakan unsur yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupannya. Komunikasi baginya adalah sarana untuk berinteraksi dengan ”yang diluar dirinya”. Terlebih saat ini, dengan percepatan teknologi tanpa henti, utamanya teknologi informasi, komunikasi adalah sebuah keniscayaan.
Dalam pengertian sederhana, komunikasi dapat diartikan sebagai penyampaian ”sesuatu yang sama” dari ”satu pihak” kepada ”pihak lain”. Dari sini, setidaknya, ada empat hal yang dibutuhkan dalam komunikasi; penyampaian atau yang dapat dipahami sebagai proses komunikasi; sesuatu yang sama atau pesan yang ingin disampaikan; pihak pertama (komunikator) yang berkepentingan untuk menyampaikan pesan dimaksud; dan pihak kedua (komunikan) yang menjadi tujuan penyampaian pesan. Dengan analisis yang lebih mendalam dapat diketahui bahwa pesan yang merupakan inti komunikasi terdiri dari dua aspek; isi pesan yang ingin disampaikan (the content of the message) dan lambang yang dijadikan sarana untuk menyampaikan pesan tersebut (symbol).

1.2 Rumusan Masalah

1.pengertian KIP

2. Faktor Penghambat KIP

3. Faktor Individual

1.3 Maksud dan Tujuan

Komunikasi dipahami sebagai kegiatan interaktif yang melibatkan kedua belah pihak secara aktif. komunikasi dipahami sebagai kegiatan transaksional yang dalam konteks ini berarti bahwa pihak-pihak yang terlibat komunikasi berada dalam kondisi interdependen. komunikasi tidak hanya terbatas dalam komunikasi verbal tapi juga mencakup komunikasi nonverbal yang mencakup, misalnya, ekspresi wajah.

1.4 Sistematika Penulisan

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengartian KIP (Komunikasi Interpersonal)

komunikasi intrapersonal adalah proses pengolahan informasi. Proses ini melewati empat tahap; sensasi, persepsi, memori, dan berpikir. Proses pertama dari komunikasi intrapersonal terjadi pada saat sensasi terjadi. Sensasi, yang berasal dari kata sense, berarti kemampuan yang dimiliki manusia untuk mencerap segala hal yang diinformasikan oleh pancaindera. Informasi yang dicerap oleh pancaindera disebut stimuli yang kemudian melahirkan proses sensasi. Dengan demikian sensasi adalah proses menangkap stimuli.

Komunikasi Interpersonal atau bisa disebut juga sebagai komunikasi antar pribadi dapat diartikan sebagai suatu proses pertukaran makna antara orang-orang yang saling berkomunikasi. Komunikasi terjadi secara tatap muka (face to face) antara dua individu.

Dalam pengertian tersebut mengandung 3 aspek:

1. Pengertian proses, yaitu mengacu pada perubahan dan tindakan yang berlangsung terus menerus.

2. KIP merupakan suatu pertukaran, yaitu tindakan menyampaikan dan menerima pesan secara timbal balik.

3. Mengandung makna, yaitu sesuatu yang dipertukarkan dalam proses tersebut, adalah kesamaan pemahaman diantara orang-orang yang berkomunikasi terhadap pesan-pesan yang digunakan dalam proses komunikasi.

Dari ketiga aspek tersebut maka KIP menurut Judy C. Pearson memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. KIP dimulai dengan diri pribadi (self). Berbagai persepsi komunikasi yang menyangkut pemaknaan berpusat pada diri kita, artinya dipengaruhi oleh pengalaman dan pengamatan kita.

2. KIP bersifat transaksional. Anggapan ini mengacu pada pihak-pihak yang berkomunikasi secara serempak dan bersifat sejajar, menyampaikan dan menerima pesan.

3. KIP mencakup aspek-aspek isi pesan dan hubungan antarpribadi. Artinya isi pesan dipengaruhi oleh hubungan antar pihak yang berkomunikasi.

4. komunikasi antarpribadi mensyaratkan kedekatan fisik antar pihak yang berkomunikasi.

5. KIP melibatkan pihak-pihak yang saling bergantung satu sama lainnya dalam proses komunikasi.

6. KIP tidak dapat diubah maupun diulang. Jika kita salah mengucapkan sesuatu pada pasangan maka tidak dapat diubah. Bisa memaafkan tapi tidak bisa melupakan atau menghapus yang sudah dikatakan.

KIP berlangsung antar dua individu, karenanya pemahaman komunikasi dan hubungan antar pribadi menempatkan pemahaman mengenai komunikasi dalam proses psikologis. Setiap individu dalam tindakan komunikasi memiliki pemahaman dan makna pribadi terhadap setiap hubungan dimana dia terlibat di dalamnya.

Hal terpenting dari aspek psikologis dalam komunikasi adalah asumsi bahwa diri pribadi individu terletak dalam diri individu dan tidak mungkin diamati secara langsung. Artinya dalam KAP pengamatan terhadap seseorang dilakukan melalui perilakunya dengan mendasarkan pada persespsi si pengamat. Dengan demikian aspek psikologis mencakup pengamatan pada dua dimensi, yaitu internal dan eksternal. Namun kita mengetahui bahwa dimensi eksternal tidaklah selalu sama dengan dimensi internalnya.

Fungsi psikologis dari komunikasi adalah untuk menginterpretasikan tanda-tanda melalui tindakan atau perilaku yang dapat diamati. Proses interpretasi ini setiap individu berbeda. Karena setiap individu memiliki kepribadian yang berbeda, yang terbentuk karena pengalaman yang berbeda pula.

2.1.1 Unsur-unsur Komunikasi Interpersonal

1. Sensasi (Penginderaan)

Sejak manusia dilahirkan dan berhubungan dengan dunia luar maka saat itu ia menerima rangsangan/stimulus dari luar selain rangsangan dari dalam dirinya. Ia mulai merasa kedinginan, kepanasan, lapar, sakit dan sebagainya. Manusia mengenal dunia luar atau stimulus melalui alat inderanya. Sensasi adalah penerimaan dari segala sesuatu yang menerpa organisme (stimulus/rangsangan) melalui alat indera. Pada sensasi/penginderaan unsur-unsur stimulus belum terurai masih dalam satu kesatuan. (lihat materi kuliah psikologi sosial kuliah ke 2)

Syarat-syarat terjadinya sensasi sebagai berikut :

a. Adanya objek yang diamati atau kekuatan stimulus

Objek menimbulkan stimulus yang mengenai indera (reseptor) sehingga terjadi sensasi. Untuk bisa diterima oleh indera diperlukan kekuatan stimulus yang disebut sebagai ambang mutlak (absolute threshold).

b. Kepastian alat indera (reseptor) yang cukup baik serta syaraf (sensoris) yang baik sebagai penerus kepada pusat otak (kesadaran) untuk menghasilkan respon

c. Pengalaman dan lingkungan budaya. Pengalaman dan budaya mempengaruhi kapasitas alat indera yang mempengaruhi sensasi.

2. Persepsi / pengamatan (perception)

Persepsi / pengenalan ( psikologi), proses organisme menginterpretasikan dan mengorganisir sensasi untuk menghasilkan suatu pengalaman yang penuh arti. Bila sensasi pada umumnya bersifat segera, relatif tidak memproses rangsangan yang berhubungan dengan indera mata, telinga, hidung, lidah, atau kulit. Persepsi lebih menguraikan pengalaman seseorang dan secara khas melibatkan pengolahan lebih lanjut dari masukan yang berhubungan dengan perasaan. Dalam prakteknya, sensasi dan persepsi tidak terpisahkan, sebab mereka menjadi bagian dari satu proses yang berlanjut.

Organ indera manusia menerjemahkan energi fisik dari lingkungan ke dalam gerakan elektrik yang diproses oleh otak. Sebagai contoh, cahaya elektromagnetik yang menyorot mata menyebabkan sel sel yang peka rangsangan dalam mata mengaktipkan dan mengirimkan isyarat kepada otak. Tetapi manusia tidak pernah memahami isyarat ini. Proses dari persepsi menjadikan manusia menginterpretasikan semua object, peristiwa, orang-orang, dan situasi.

Tanpa kemampuan untuk mengorganisir dan menginterpretasikan sensasi, hidup akan kacau dan tidak bermakna. Manusia tidak pernah bertemu dengan apa yang disebut sebagai warna, bentuk, dan bunyi. Seseorang tanpa memiliki kemampuan perseptual maka tidak akan bisa mengenali wajah, memahami bahasa, atau menghindari ancaman. Orang seperti itu tidak akan survive.

Proses terjadinya persepsi

Ada 3 langkah dalam proses terjadinya persepsi yang dapat digambarkan dalam bentuk sebagai berikut :

Gambar. Proses persepsi


1. Tahap pertama proses persepsi adalah stimulasi alat indera (sensory stimulation) ; merupakan tahapan ketika manusia menyadari adanya stimulus yang mengenai indera. Namun kadang manusia tidak selalu menyadari adanya stimuli yang datang karena indera manusia memiliki pilihan terhadap setiap stimulus yang datang

2. Tahap kedua disebut sebagai stimuli terhadap alat indera diatur : adalah proses organisasi perseptual dalam beberapa prinsip yang meliputi :

a. Hukum kedekatan (proximity)

Object yang dekat antara satu sama lain, dan semakin nampak sama secara mental akan dikelompokkan dalam satu kesatuan utuh. Ilustrasi di bawah menunjukkan manusia akan cenderung menggolongkan bidang kesatu dengan bidang ke dua dari sebelah kiri sebagai satu pasangan, sementara bidang kedua dan ketiga tidak pasangkan. Mengapa tidak disatukan karena kotak yang kedua dan kotak yang ketiga adalah lebih jauh jaraknya.

b. Hukum Persamaan (similarity)

Persepsi manusia cenderung untuk menyatukan bagian-bagian bidang visuil yang yang serupa atau sama apakah dalam bentuk warna, tekstur, bentuk, atau bentuk-bentuk lainnya. Pada ilustrasi berikut manusia cenderung melihat warna biru sebagai satu baris daripada melihat bulatan tersebut dalam bentuk baris kolom

c. Hukum Kesinambungan (Continuity)

Prinsip ini menuntun manusia untuk melihat satu garis mengarah dalam bentuk yang teratur dan bukannya suatu bentuk yang tidak teratur.

d. Hukum Pengakhiran (closure)

Prinsip ini menunjukkan bahwa manusia cenderung melengkapi/menyempurnakan bentuk yang tidak sempurna dalam satu kesatuan utuh. Seperti di gambar di bawah, kita secara mental menutupi gap antar garis dan menyimpilkannya sebagai gambaran dari suatu itik. Kecenderungan ini menuntun manusia menerima suatu object secara utuh dari bentuk yang tidak sempurna.

e. Hukum kebiasaan umum (common fate).

Prinsip ini mengarahkan manusia untuk menyatukan sekelompok objek yang bergerak pada ke arah yang sama. Pada ilustrasi di bawah tiga bola bergerak ke satu arah, dan dua bola bergerak ke arah sebaliknya. Secara mental manusia akan memeprsepsi semua bola bergerak ke arah yang sama.

f. Hukum Kesederhanaan(simplicity)

Merupakan prinsip yang menunjukkan manusia secara intuisi menyukai suatu yang bersifat sederhana dan seimbang. Sebagai contoh pada ilustrasi di sebelah kanan, kita bisa mengartikan gambar tersebut dalam beberapa kemungkinan yaitu sebagai tiga cakram yang saling bertumpukan, atau sebagai satu cakram yang diapit dua cakram yang memiliki irisan di sisi sebelah kanan; atau sebagai tiga objek silindris yang berdimensi.

3. Tahap ke tiga adalah stimulasi alat indera ditafsirkan- dievaluasi

Merupakan proses subjektivitas dalam diri manusia dalam memaknai suatu stimulus. Pada proses kedua manusia melakukan penafsiran yang kemudian dilanjutkan dengan tindakan evaluasi terhadap penafsiran tersebut. Proses penafsiran-evaluasi ini dipengaruhi oleh pengalaman, kebutuhan, keinginan, sistem nilai, keyakinan dan emosi pada saat mempersepsi.

2.2 Faktor Penghambat KIP







Tidak ada komentar: